Makalah Sejarah Peradaban Islam || PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW.

KATA PENGANTAR

 

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

                        Puji syukur ke hadirat Allah SWT. Atas rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul " PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW" dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Islam dan Lingkungan Hidup. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan keterbatasan  pengentahuan maupun pengalaman maka kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapakan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.

Wassalamualaikum Warahmatulahi Wabarakatuh

 

Bandar Lampung, 11 Maret 2022 

 

 



BAB I

PENDAHULUAN

 

      A.    Latar Belakang

    Sejarah peradaban islam merupakan suatu rujukan yang sangat penting saat kita akan membangun masa depan. Sekaitan dengan itu kita bisa tahu apa dan bagaimana perkembangan islam pada masa lampau. Namun, kadang kita sebagai umat islam malas untuk melihat sejarah. Sehingga kita cenderung berjalan tanpa tujuan dan mungkin mengulangi kesalahan yang pernah ada dimasa lalu.

Pada awal mula Nabi Muhammad mendapatkan wahyu dari Allah SWT, yang isinya menyeru manusia untuk beribadah kepadanya, mendapat tantangan yang besar dari berbagai kalangan Quraisy. Hal ini terjadi karena pada masa itu kaum Quraisy mempunyai sesembahan lain yaitu berhala-berhala yang dibuat oleh mereka sendiri. Karena keadaan yang demikian itulah, dakwah pertama yang dilakukan di Makkah dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi, terlebih karena jumlah orang yang masuk Islam sangat sedikit. Keadaan ini berubah ketika jumlah orang yang memeluk Islam semakin hari semakin banyak, Allah pun memerintah Nabi-Nya untuk melakukan dakwah secara terang-terangan.

 

      B.     Rumusan Masalah

      1.      Bagaimana sejarah peradaban islam pada masa nabi Muhammad SAW?

      2.      Bagaimana sejarah peradaban islam pada masa Khulafaur rasyidin?

 

      C.     Tujuan

      1.      Untuk mengetahui sejarah peradaban islam pada masa nabi Muhammad SAW.

      2.      Untuk mengetahui sejarah peradaban islam pada masa Khulafaur rasyidin.

 

 


BAB II

PEMBAHASAN

 

    A.  Sejarah Perkembangan Islam Pada Masa Nabi Muhammad SAW.

      1.    Periode Mekah

     Sebelum masuknya Islam kebanyakan bangsa Arab beribadah dengan cara menyembahan berhala dan menjadikan Ka’bah sebagai pusat peribadatanya, hal tersebut bisa dikatakan sudah cukup lama berlangsung sampai akhirnya Nabi Muhammad datang dan membawa keyakinan lain yaitu ketauhidan. Tentunya hal tersebut tidak semerta-merta dapat dengan mudah diterima bahkan ditolak habis-habisan oleh kaum kafir Quraisy. Banyak alasan bagi mereka untuk alasan kaum kafir Quraisy menolak keyakinan yang dibawa oleh Nabi Muhammad tersebut, salah satunya adalah apa yang mereka yakini adalah sesuatu  yang telah lama mengakar dan menjadi keyakinan mereka serta nenek moyang mereka. Sehingga ketika Nabi Muhamad membawa keyakinan yaitu tauhid, mereka langsung menolaknya. Karena baginya kaum Quraisy pada zaman itu bangsa terhormat dikalangan bangsa Arab.[1]

Para pemahat serta penjual atau patung merasa datangnya Islam akan menghalangi mata pencaharian mereka. Karena tentunya jika Islam menyebar maka mereka akan kehilangan mata pencaharian mereka, yang mana sangat bergantung pada apa yang diyakini masyarakat pada masa itu. Kemudian kaum Quraisy juga tidak setuju dengan seruan Nabi Muhammad Saw. tentang persamaan hak antara hamba sahaya  dan bangsawan. Intinya Nabi Muhammad Saw. ingin menghapuskan sistem perbudakan yang telah lama berjalan kaum Quraisy juga menolak ajaran tentang kebangkitan dan pembalasan hari akhir.

Karena reaksi keras dari kaum Quraisy itulah yang menjadikan terhambatnya dakwah nabi Muhammad Saw. karena tentunya akan beresiko sekali dan bahkan mengancam keselamatan dan nyawa Nabi sehingga pada akhirnya Nabi harus melakukan sistem dakwah yang lain. Dakwah  Nabi  Muhammad Saw. dilakukan dengan dua cara yaitu, sembunyi-sembunyi dan terana-terangan.

       

      A.    Kelahiran Nabi Muhammad SAW

     Nabi Muhammad SAW dilahirkan ditengah bani hasyim di Makkah (Qurasy) pada senin pagi, tanggal 12 Rabi’ul awal, ketika itu raja Yaman Abrahah dengan pasukan Gajahnya menyerbu Makkah untuk menghancurkan Ka’bah sehingga tahuntersebut dengan tahu Gajah atau 20 April 571 M. Setelah Aminah melairkan, dia mengirimkan utusan ke tempat kakeknya Abdul Muthalib, untuk menyampaikan kabar gembira  tentang kelahiran cucunya, maka Abdul Muthalib datang dengan perasan suka cita, lalu membawa Muhammad ke Ka’bah, seraya berdoa dan bersyukur kepadanya. Abdul Muthalib memilih nama Muhammad karena bagi beliau nama ini belum dikenal di kalangan Arab.

     Muhammad lahir dalam keadaan yatim, karena ayahnya Abdulah meninggal dunia tiga bulan setelah menikahi Aminah. Muahammad kemudian diserahkan kepadap pengasuhnya, Halimah Sa’diyah hingga empat tahun lamanya. Setelah dua tahun dia berada dalam asuhan ibunya dan pada usia enam tahun ibunya meninggal dunia, dan Abdul Mutholib mengambil alih tanggung jawab merawat muhammad, dua tahun kemudian Abdul Muthalib meningggal karena usia. Tanggung jawab selanjutnya beralih pada pamanya, Abu thalib.

     Pada usia muda, Muhammad menjadi seorang  pengembala kambing keluarganya dan pendududk  Makkah. Ketika Muhammad  berusia 12 tahun beliau ikut berdagang ke Syria (Syam) dengan pamanya dan kafilah dagangan tersebut dipimpin oleh Abu Thalib. Pada suatu perjalanan di Busrah ia bertemu dengan seorang pendeta yang bernama Buhairah. Beliau memberi tahu pamanya bahwa tanda-tanda pada Muahamad sesuai dengan cerita-cerita kristen, agar beliau berhati-hati pada orang-orang yang akan berbuat jahat padanya, ketika berjuaan diSyria. Pada usia kedua puluh lima, Muhammad berangkat ke Syria barang dagangan saudagar wanita yang bernama Siti Khodijah. Muhammad pulang dengan membawa laba yang sangat besar. Kemudian khadijah melamarnya dan pada akhirnya Muhammad menikahi Siti Khadiajah pada tahun 596M.[2]

 

    Peristiwa yang memperlihatkan kebijaksanaanya sehingga mendapat julukan Al-Amin Muhammad pada usia 35 tahun pada tahun 606M, yaitu perbaikan Ka’bah. Para penduduk Makkah saling bergotong royong meperbaiki Ka’bah. Ketika peletakan Batu Hajar Aswad hampir terjadi perselisihan, siapa yang berhak untuk meletakanya, dan pada akhirnya para pemimpin Makkah bermusyawarah bahwasanya orang yang berhak meletakan itu orang yang pertama masuk Ka,bah melalui pintu Shafa. Ternyata orang yang pertama kali masuk ialah Muhammad. Kemudian Muhammad melentangkan kain dan meletekan Hajar Aswad di atasa kain tersebut dan mengangkatnya bersama-sama, kemudian meletakan pada tempat semula.

 

              B. Periode Dakwah dengan Cara Rahasia dan Diam-diam

 Pada usia ke 40 tahun  Muhammad diutus oleh Allah SWT menjadi rasul, ketika  beliau berkhalwat di Gua Hiroh. Disana beliau mendapatkan wahyu pertama dari Allah SWT, dengan perantara malaikat jibril  pada tanggal 17 Ramadhan tahun 611M. Surah (Al-Alaq: 1-5):

 

 

 

 

 

Artinya:

   “bacalah dengan nama tuhanmu yang menjadikanmu makhluk. Diamenjadikan manusia dari segumpal darah beku. Bacalah! Tuhanmu yang maha pemurah. Yang mengajarkan dengan pena. Mengajarkan apa-apa pada manusia yang tiada dketahuinya.(Al-‘Alaq:1-5) [3]

Untuk menghadapi perjuangan dalam menjalankan dakwah Islamiyah maka pada tahap pertama Rasul melakukan persiapan dalam bidang mental dan moral (rohani & akhlak). Rasulllah menilai dakwahnya kepada keluarga dan para sahabat yang dipercayai, nantinya menjadi kader-kader utama dan perwira pilihan kaum muslimin. Dakwah yang dilakukan Nabi ini disebut dakwah dengan cara diam-diam da merupakan perintah Alah SWT yang terkandung dalam wahyunya pada (Q.S. Al-Hijr: 94).

Artinya:

“Maka smpaikanlah (Muhammad secara terang-terangan segala apa yang di perintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dengan 0rang-orang musyrik.”[4]

 

Seorang demi seorang diajak agar mau meninggalkan agama berhala dan hanya mau menyembah Allah yang Maha Esa. Usaha yang dilakukan itu berhasil. Orang-orang yang mula-mula beriman (As-Sabiqun Awwalun) adalah:

a. Istri beliau sendiri, Khadijah

b. Kalangan pemuda, Ali Ibn Abi Thalib dan Zaid Ibn Harits.

c. Dari kalangan budak, Bilal.

d. Orang tua/tokoh masyarakat, Abu Bakar Al-Shiddiq.

Setelah Abu bakar masuk islam, banyak orang-orang yang mengikuti untuk masuk agama islam. Orang-orang ini tekenal dengan julukan Al-Sabiqun al-Awwalun, orang yang terdahulu masuk islam, seperti: Utsman Ibn Affan, Zubair Ibn awwam, Talhah Ibn Ubaidillah, Fatimah binti khathab, Arqam Ibn Abd. Al-Arqam, dan lain-lain. Mereka itu mendapat agama islam langsung dari Rasulullah sendiri. Sebagai pusat pembinaan waktu itu di rumah Arqam Ibn Abd. Al-arqam ( Dar al-Arqam).

 

             C. Periode Dakwah dengan Terang-terangan dan Terbuka

Setelah  beberapa lama melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi turunlah firman Allah untuk memerintahkan melakukan dakwah secara terbuka atau terang-terangan:

Artinya:

“Dan berilah peringatan kepada kaum kerabatmu yang terdekat.”(Asy-Syu’araa:214) ([5])

Dengan datang atau turunnya perintah itu Nabi mulai berdakwah secara terang-terangan, mula-mulanya nabi mengundang dan menyeru pada kerabat karibnya dari Bani Abdul Muthalib, tapi mereka semua menolak kecuali Ali.

Pada masa dakwah secara terang-terangan inilah Nabi mendapatkan perlakuan yang buruk dari umatnya. Karena setelah dakwah terang-terangan itu, pemimpin Quraisy mulai berusaha menghalangi dakwah Rasul. Karena mereka juga melihat semakin bertambahnya jumlah pengikut Nabi, maka mereka pun semakin keras melancarkan serangan-serangan, baik pada Nabi atau pun pada para pengikut Nabi.

Banyak cara yang dilakukan oleh pemuka-pemuka kaum Quraisy supaya Nabi Muhammad menghentikan dakwahnya, pada saat itu mereka tidak berani melukai Nabi karena perlindungan dari pamanya Abi Thalib yang sangat disegani dikalangan bangsa Arab saat itu. Para pengikut Nabi yang termasuk kalangan bangsawan terselamatkan dari siksa kaum Quraisy, dan mereka yang tidak memiliki perlindungan, harus menahan siksa yang pedih dari kaum Quraisy. Sehingga Nabi mendapatkan jalan buntu dalam dakwahnya. Kaum Quraisy melakukan pemboikotan terhadap Bani Hasyim selam tiga tahun, dan berakhir setelah beberapa pemuka Quraisy menyadari bahawa apa yang mereka lakukan suatu tindakan yang keterlaluan. Karena itu Nabi memutuskan untuk menyebarkan dakwahnya di wilayah lain dengan harapan dakwah Islamiyah akan berkembang dengan pesat selain itu menghindari serangan dari pemuka-pemuka Quraisy.[6]

  

   D. Nabi Berdakwah ke Thaif

Setelah penyiksaan dan semua perlakuan yang didapat oleh Nabi dari kaum Quraisy di Makkah, Nabi Muhammad kemudian berusaha menyebarkan Islam ke luar kota dengan harapan dakwah Nabi akan mendapatkan reaksi yang berbeda dari yang diterima Nabi di kota Makkah. Namun ternyata harapan dan perkiraaan Nabi salah besar, ketika Nabi memutuskan untuk menyebarkan Islam di Thaif, reaksi yang didapat sama dengan reaksi yang biasa nabi dapat di Makkah. Di Thaif Nabi diejek, disoraki, dan dilempari batu, akhirnya Nabi memutuskan kembali ke Makkah. Sampai-sampai ketika Nabi berjalan kembali ke Makkah orang Thaif membuntuti Nabi sambil melemparinya dengan batu sampai terluka di bagian kepala dan badannya. Ternyata apa yang diharapkan dan perkirakan  Nabi tidak terwujud dan ini semakin menyurutkan semangat Nabi, karena Nabi juga telah mengalami peristiwa yang cukup menyedihkan yaitu meninggalnya dua sosok penting dalam hidupnya yaitu pamanya Abu Thalib dan juga istrinya sayyidatina Khadijah.

 

 

2.      Periode Madinah

Jibril datang menemui Rasulullah dan mengabarkan kepadan Rasulullah pada saat itu segera hijrah. Orang-orang kafir berkumpul di sekeliling rumah rasulullah. Kemudian Rasulullah keluar sambil menebarkan debu di atas kepala mereka yang membuat mereka pingsan. Peristiwa pengepunan itulah yang menandai awal pergerakan (hijrah) Nabi menuju Madinah (Yatsrib). Di kala kaumnya sudah benar-benar menentang dan ingin mebunuh Nabi, sebagai bukti tanda penolakan kebenaran yang dibawah oleh Nabi. Maka dimulailah hidup baru oleh umat Islam dengan hijrah bersama Nabi ke Madinah.

Berbeda dengan Makkah, Madinah senantiasa mengalami perubahan sosial yang meninggalkan bentuk kemasyarakatan absolut model badui. Kehidupan sosial Madinah secara berangsur-angsur diwarnai oleh unsur kedekatan ruang daripada oleh sistem kekerabatan. Madinah juga memiliki sejumlah warga Yahudi, yang mana sebagian besarnya lebih simpatik terhadap monotheisme.

Penduduk Madinah yang terdiri dari kaum Muhajirin, Anshar, dan nonmuslim, merupakan sebuah keberagaman yang ada pada masa lalu, yang memiliki jiwa sosialis sangat tinggi. Terbukti dari persaudaraan yang tinggi dan sangat kokoh. Tidak ditemukan konflik. Masyarakat Madinah merasa bahwa dirinya itu satu, sehingga apabilah ada satu yang sakit maka yang lain turut merasakan. Ada beberapa tradisi yang baik diantaranya: -Silaturahim yang membudaya, -Gotong royong sering diadakan demi kepentingan bersama, -Kepedulian yang tinggi, dan menjenguk orang yang sedang sakit atau yang terkena musibah.[7]

 

A. Perekonomian Masa Nabi Muhammad Saw

Pada masa pemerintahan Rasulullah, perkembangan ekonomi tidaklah begitu besar dikarenakan sumber-sumber yang ada pada masa itu belum begitu banyak. Sampai tahun ke  4 hijrah, pendapatan dan sumber daya negara masih sangat kecil. Peletakan dasar-dasar sistem keuangan negara yang dilakukan oleh Rasulallah Saw merupakan langkah yang sangat signifikan dan spektakuler pada masa itu, sehingga Islam sebagai agama dan negara dapat berkembang dengan pesat dalam jangka waktu yang relatif singkat.

Tidak diragukan lagi bahwa Nabi Muhammad adalah pemikir dan aktivis pertama ekonomi syariah. Sistem ekonomi yang diterapkan oleh Rasulullah Saw. berakar dari prinsip-prinsip Qur’ani. Prinsip Islam yang paling mendasar adalah kekuasan tertinggi hanya milik Allah semata dan manusia diciptakan sebagai khalifah-Nya di muka bumi.

Kekayaan Madinah nyaris secara keseluruahan dikuasai oleh orang-orang Yahudi. Sehingga orang-orang Arab (Anshar) hidup dalam kemiskinan dan kekurangan, Karena orang Arab(Anshar) harus membayar bunga uang yang mereka pinjam kepada orang-orang yahudi dengan bunga yang tinggi.

Kaum Anshar memang mengalami kemiskinan, tetapi Kaum Muhajirin lebih miskin lagi. Karena mereka hijrah tanpa membawa harta benda, barang berharga ditinggalkan di Makkah. Pada perjanjian awal kaum Muhajirin harus membantu untuk bercocok tanam, namun mereka tidak berpengalaman dalam hal itu, sehingga mereka harus bekerja sebagai buruh kasar di kebun milik orang Yahudi dan Ansar. Misalnya menebang pohon, menyiram pohon, dan lain-lain.)[8]

Nabi kemudian memberikan solusi kepada kaum Muhajirin untuk dipersaudarakan dengan kaum Anshar. Mereka harus saling membantu dan bekerja sama. Dengan persaudaraan kaum Anshar dan Muhajirin menjadi makmur. Bahkan kekayaan kaum Muhajirin melebihi kekayaan kaum Anshar.

 

B. Pembentukan sistem sosial kemasyarakatan

Selain menjadi pemimpin agama Nabi Muhammad juga menjadi pemimpin pemerintahan. Seperti seoarang presiden presiden, Nabi terkenal dengan kebijaksanaannya dalam menjalankan roda pemerintahan. Kepentingan umum lebih diutamakankan dari kepentingan-kepentingan lainnya.

Adapun sistem pemerintahan yang digunakan Nabi pada ssaat itu yaitu sistem musyawarah dan demokrasi dengan asas seadil-adilnya dalam memutuskan perkara. Sehingga Golongan yang berbeda merasa a diskriminasi, mereka bisa hidup berdampingan tanpa ada permusushan dengan yang lainnya. Keberagaman yang ada tidak menjadi persoalan, sebaliknya keberagaman tersebut mengokohkan solidaritas diantara mereka.

Memang pada kebijakan politik yang pertama oleh Nabi adalah bagaimana menghapus prinsip kesukuan dan mempererat persatuan. Nabi benar-benar mencurahkan perhatiannya untuk masyarakat, sehingga berhasil mendamaikan antar suku Auz dan Khazraj.

Perlu diketahui bahwa ada beberapa strategi yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, dalam rangka memperkokoh masyarakat dan negara baru yang telah terbentuk.

Adapun strategi yang dilakukan adalah sebagai berikut:

 

1. Pembangunan Masjid Nabawi

Dikisahkan bahwa unta tunggangan Rasulullah berhenti disuatu tempat maka Rasulullah memerintahkan agar di tempat tersebut dibangun sebuah masjid. Rasulullah ikut serta dalam pembangunan masjid tersebut. Beliau mengangkat dan memindahkan batu-batu masjid itu dengan tangannya sendiri. Saat itu, kiblat dihadapkan ke Baitul Maqdis. Tiang masjid terbuat dari batang kurma, sedangkan atapnya dibuat dari pelepah daun kurma. Adapun kamar-kamar istri beliau dibuat di samping masjid. Tatkala pembangunan selesai, Rasulullah memasuki pernikahan dengan Aisyah pada bulan Syawal. Sejak saat itulah, Yastrib dikenal dengan Madinatur Rasul atau Madinah Al-Munawwarah. Kaum muslimin melakukan berbagai aktivitasnya di dalam masjid ini, baik beribadah, belajar, memutuskan perkara mereka, berjual beli maupun perayaan-perayaan. Tempat ini menjadi faktor yang mempersatukan mereka.

 

2. Persaudaraan antara Kaum Muhajirin dan Anshar.

Nabi meletakan dasar-dasar kehidupan sosial dan politik. Dengan cara (Ukhwah Islamiyah) antara golongan Anshar dan Muhajirin, dan mempersatukan suku Aus dan Khazraj yang telah lama bermusuhan dan bersaing.    

Rasulullah SAW mempersaudarakan di antara kaum muslimin. Kemudian membagikan rumah yang mereka miliki. Persaudaraan ini terjadi lebih kuat dari pada hanya persaudaraan yang berdasarkan keturunan. Dengan persaudaraan ini, Rasulullah telah menciptakan sebuah kesatuan yang berdasarkan agama sebagai pengganti dari persatuan yang berdasarkan kabilah.

  

    3. Kesepakatan untuk Saling Membantu antara Kaum Muslimin dan non Muslimin.

Di Madinah, ada tiga golongan manusia, yaitu kaum muslimin, orang-orang arab, serta kaum non muslim, dan orang-orang yahudi (Bani Nadhir, Bani Quraizhah, dan Bani Qainuqa’). Rasulullah melakukan satu kesepakatan dengan mereka untuk terjaminnya sebuah keamanan dan kedamaian, selain itu juga kesepakatan tersebut bertujuan untuk melahirkan sebuah suasana saling membantu dan toleransi diantara golongan yang berbeda.

 

 

 

C. Peletakan Asas-asas Politik, Ekonomi, dan Sosial

Secara sistematik proses peradaban yang dilakukan oleh Nabi pada masyarakat Islam di Yatsrib menjadi Madinah (Madinat Ar-Rasul, Madinah An-Nabi, atau Madinah Al-Munawwarah). Perubahan nama yang bukan terjadi secara kebetulan, tetapi perubahan nama yang menggambarkan cita-cita Nabi Muhammad Saw, yaitu membentuk sebuah masyarakat yang tertib, maju, dan berperadaban, dalam pembangunan  masjid. Masjid bukan hanya dijadikan pusat kegiatan ritual shalat saja, tetapi juga menjadi sarana penting untuk mempersatukan kaum muslimin dengan musyawarah dalam merundingkan masalah-masalah yang dihadapi. Disamping itu, masjid juga menjadi pusat kegiatan pemerintahan. Nabi Muhammad Saw membentuk kegiatan Mu’akhat (persaudaraan), yaitu mempersaudarakan kaum Muhajirin (orang-orang yang hijrah dari Makkah ke Yatsrib) dengan Anshar (orang-orang yang menerima dan membantu kepindahan Muhajirin di Yatsrib). Persaudaraan diharapkan dapat mengikat kaum muslimin dalam satu persaudaraan dan kekeluargaanyaitu

Persaudaraan seagama, disamping bentuk persaudaraan yang sudah ada sebelumnya, yaitu bentuk persaudaraan berdasarkan darah, membentuk persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama Islam. Nabi Muhammad Saw membentuk pasukan tentara untuk mengantisipasi gangguan-gangguan yang dilakukan oleh musuh.[9]

 

D. Bidang Politik

Nabi Muhammad Saw, merumuskan piagam perjanjian yang berlaku bagi seluruh pendudukan Yatsrib, baik orang muslim maupun non muslim (Yahudi). Piagam inilah yang oleh Ibnu Hisyam disebut sebagai Undang-undang Dasar Negara Islam (Daulah Islamiyah) yang pertama.

    1.    Setiap kelompok mempunyai pribadi keagamaan dan politik. Adalah hak kelompok, menghukum orang yang membuat kerusakan dan memberi keamanan kepada orang patuh.

    2.    Kebebasan beragama terjamin buat semua warga Negara.

     3.    Kewajiban penduduk madinah, baik kaum muslimin maupun bangsa Yahudi, untuk saling membantu, baik secara moril atau materil. Semuanya dengan bahu membahu harus menangkis setiap serangan terhadap kota Madinah.

     4.    Rasulullah adalah pemimpin umum bagi penduduk Madinah. Kepada beliau lah segalaperkara  dan perselisihkan yang besar untuk diselesaikan.

Rasulullah adalah kepala Negara bagi penduduk Madinah. Kepada Beliaulah segala perkara dibawa dan segala perselisihan yang besar diselesaikan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


BAB III

PENUTUP

 

A.    Kesimpulan

     Nabi Muhammad SAW bukan hanya sebagai seorang Rasulullah yang di utus untuk menyebarkan ajaran Islam, melainkan juga sebagai pemimpin negara yang pandai dalam berpolitik, sebagai seorang panglima perang serta seorang administrator yang cakap, hanya dalam waktu kurun waktu singkat Rasulullah bisa menaklukkan seluruh Jazirah Arab. Dengan mengamati pola keberagaman pembangunan dasar-dasar pemerintahan Islam dari masa Rasulullah Saw sampai dengan masa Khulafaurrasyidin, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

         1.Nabi Muhammad Saw merupakan seorang yang dilahirkan dari keturunan para pemimpin, menyebarkan Islam didaerah Makkah dengan mengutamakan Tauhid dan Akhlak, sedangkan di Madinah mengutamaka dasar-dasar Islam dan dasar kepemimpinan.

          2. Bahwa Nab Saw telah meletakkan pola dasar pembangunan peradaban Islam diawali dengan pembangunan masjid Kuba.

         3. Nabi Muhammad Saw telah membuat sistem perundang-undangan dalam menata kemasyarakatan di Madinah dalam upaya menegakkan sendi-sendi kenegaraan, yakni dengan membuat kesepakatan tidak saling mengganggu dan Nabi Saw melindungi penduduk Mekah dan menjamin hak-haknya meskipun mereka beragama Yahudi dan Nasrani.

          4.Nabi Saw mempersaudarakan antara Muhajirin dan Anshar mempunyai peran strategis dalam upaya membangun Negara yang kokoh dan kuat. Dan hal ini merupakan satu contoh langkah politik yang berlandaskan agama.

          5.Berakhirnya pemerintahan Nabi Saw, Khulafaurrasyidin menggantikan peran beliau. Abu Bakar adalah Khalifah pertama yang meneruskan kepemimpinan Nabi Saw dengan sistem yang diwarisi dari nabi Saw.

         6. Peran Abu Bakar sebagai Khalifah sangat besar, beliau berupaya mengumpulkan Al Qur’an agar tidak punah, membangun baitul Mal, menumpas nabi-nabi palsu dan pembangkang zakat dan lain-lain.

          7.Umar bin Khattab membangun kantor-kantor perwakilan pemerintahan dan menunjuk gubernur-gubernur serta mendirikan jabatan pos dan perpajakan, merupakan gambaran umum bahwa dalam pemerintahannya sudah semakin lengkap dan teratur.

          8.Usaha perluasan pemerintahan Islam terjadi kemajuan yang signifikan, sehingga daerah-daerah di Afrika dan sebagaian eropa mampu dikuasai oleh Islam terutama Romawi.

 

B.     Saran

        Pembahasan mengenai sejarah peradaban Islam sangatlah penting untuk dijadikan perhatian saat in, terutama tentang perkembangan Islam pada masa Nabi Muhammad SAW.Maka dari itu, semoga kita dapat memahami materi ini terutama untuk penulis sendiri.Maka untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan guna untuk perbaikan makalah di masa yang akan datang.

 

 

 

 

 

 

 

 

                                                                  


DAFTAR PUSTAKA

 

Syaikh Syafiyyur Rahman, Sirah Nabawi, Jakarta: Pustaka Kautsar, 1997, hlm, 45-48.

Ibid, hlm, 49-53.

Departemen Agama RI, AL-Quran Dan Terjemah, Diponegoro: CV Penerbit Diponegoro, 2005, hlm, 479.

Ibid., hlm, 213

Ibid., hlm, 300

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persida, 2010, hlm, 19.

ibid, hlm, 20

 Dedi Islam, Bandung: CV Pustaka Setia Supriyadi, Sejarah Peradaban, 2008, hlm 63

ibid, hlm, 64.

 

 

 

 

 

 

 

 

 



[1] Syaikh Syafiyyur Rahman, Sirah Nabawi, Jakarta: Pustaka Kautsar, 1997, hlm, 45-48.

[2] Ibid, hlm, 49-53.

[3] Departemen Agama RI, AL-Quran Dan Terjemah, Diponegoro: CV Penerbit Diponegoro, 2005, hlm, 479.

[4] Ibid., hlm, 213.

[5] Ibid., hlm, 300.

[6] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persida, 2010, hlm, 19.

[7] ibid, hlm, 20

[8]  Dedi Islam, BandungCV Pustaka Setia SupriyadiSejarah Peradaban, 2008, hlm 63.

[9] ibid, hlm, 64.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Makalah Sejarah Peradaban Islam || PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW."

Posting Komentar