Makalah Ekonomi Islam || PENDAPATAN NASIONAL DALAM ISLAM
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT,
karena dengan rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah ekonomi
islam dengan materi pendapatan nasional dalam islam Laporan ini disusun untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah ekonomi islam Makalah ini dimaksudkan untuk
menjelaskan tentang pandangan pendapatan nasional dalam islam Sehubungan dengan dibuatnya makalah ini
sehingga penulis dapat memenuhi tugas dan menyelesaikan tugas mata kuliah
ekonomi islam.
Penulis menyadari bahwa laporan
ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun bagi pembaca, semoga
makalah ini bermanfaat bagi yang membaca .
Bandar Lampung, April
2022
Penulis
DAFTAR ISI
2.1 Pengertian
Pendapatan Nasional
2.2 Konsep Pendapatan Nasional
2.3 Metode Perhitungan
Pendapatan Nasional
2.4 Hal-hal yang Dapat
Diukur dengan Pendekatan Pendapatan Nasional Berdasarkan Ekonomi Islam
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan
ekonomi merupakan variable penting dalam suatu
perekonomian. Model solow menjelaskan bahwa
dalam pertumbuhan ekonomi
dan output suatu negara dipengaruhi oleh
tingkat tabungan, pertumbuhan
populasi, dan kemajuan teknologi. Para ekonom
menggunakan data Gross
Domestic
Product (GDP) untuk mengukur pertumbuhan ekonomi dan
mengetahui
tingkat pendapatan setiap orang dalam
perekonomian. Pertumbuhan ekonomi
merupakan variabel makro ekonomi yang penting
dalam menganalisis
pembangunan ekonomi suatu negara, sehingga
dengan jelas akan diketahui jumlah
pendapatan total ataupun pendapatan perkapita
di negara tersebut. Pertumbuhan
ekonomi pada negara berkembang berasal dari
perdagangan bebas barang dan jasa
serta arus modal dari negara lain. Selanjutnya
pertumbuhan ekonomi ini akan juga
dipengaruhi oleh variabel makroekonomi lain seperti
ekspor dan impor yang
memiliki peran penting dalam perdagangan bebas.
Sehingga arus modal baik dari
dalam maupun luar negeri akan mengalami
perubahan sesuai dengan tingkat
pertumbuhan ekonomi negara tersebut.[1]
Pendapatan
nasional secara sederhana dapat diartikan sebagai jumlah barang
dan jasa yang dihasilkan suatu negara pada
periode tertentu biasanya satu tahun.
Istilah yang terkait dengan pendapatan nasional
beragam antara lain: Produk
Domestik Bruto (Gross
Domestic Product/GDP), Produk Nasional Bruto (Gross
National
Product/GNP),
serta Produk Nasional Neto (Net National
Product/NNP).[2]
1.2 Rumusan Masalah
a. apa Pengertian pendapatan nasional?
b. Bagaimana
Konsep pendapatan nasional?
c. Cara atau Metode perhitungan pendapatan
nasional?
d. Hal- Hal
yang dapat diukur dengan pendapatan nasional menurut ekonomi islam?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini untuk lebih
Memahami pendapatan nasional menurut perpekstif ekonomi islam Serta memberikan banyak edukasi agar paham tentang Pendapatan
nasional dan mengetahui tentang Pendapatan ekonomi islam secara pandangan islam
.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pendapatan Nasional
Pendapatan nasional menurut Mukti Hakim adalah jumlah dari semua
pendapatan yang diterima oleh orang-orang di suatu negara selama satu tahun.
Dalam ilmu ekonomi konvensional, pendapatan nasional dapat dihitung dengan
menggunakan jumlah GNP (Gross Nastional Produk). Dari pembelajaran teori
ekonomi makro kita pahami untuk mengukur besarnya GNP berdasarkan dari 3,
yakni pengeluaran untuk membeli barang dan jasa, nilai barang dan jasa akhir,
dan faktor produksi dengan menjumlahkan penerimaan yang diterima oleh
pemilik faktor produksi (upah, bunga, sewa, keuntungan). Berbeda dengan
Ekonomi Islam pendapatan nasional yang diterapkan melalui GNP lebih
menekankan kepada falah. Falah merupakan kesejahteraan yang hakiki, di mana
komponen spiritual masuk ke dalam falah tersebut. Dalam ekonomi Islam
peningkatan GNP diwujudkan pada kesejahteraan masyarakat dalam rangka agar
mencapai Falah, karena itu semua aspek dari kegiatan duniawi termasuk aspek
ekonomi diarahkan tidak hanya untuk memenuhi tuntutan fisik tetapi juga
memenuhi kebutuhn spiritual. Konsep ekonomi kapitalis yang mengukur tingkat
pendapatan nasional untuk GNP jelas akan mengabaikan kegiatan spiritual umat
manusia. Pola dan proses pembangunan ekonomi diarahkan semata-mata untuk
pendapatan perkapital, hal ini akan mengarahkan manusia ke konsumsi fisik yang
cenderung hedonis. Maka dari itu, ekonomi Islam yang sudah di atur dalam
Alquran dan Assunah memasukkan unsur falah dalam upaya peningkatan
pendapatan nasional melalui beberapa kebijakan yang pernah diterapkan pada
masa Rasulullah dan Khulafaurasyidin serta pada awal periode Islam seperti
menerapkan instrument zakat, wakaf, dan sedekah dari hal inilah yang diperlukan
untuk mencapai kesejahteraan masyarakat [3]
2.2
Konsep Pendapatan Nasional
1. PNB/GNP (Produk Nasional Bruto/Gross National Bruto),
merupakan
total nilai produk dan layanan yang dihasilkan oleh masyarakat suatu
negara dalam periode tertentu (biasnya setahun). Ini termasuk produksi
dalam negeri dan barang serta layanan yang berada di luar negara. Serta
menerima barang impor dari luar negeri.
Rumus PNB/GNP = Produk bersih PDB di luar negeri
2. NNP (Net National Product),
merupakan jumlah barang dan jasa yang
diproduksi oleh suatu masyarakat dalam kurun waktu tertentu, masyarakat
tidak tinggal diam menumpuk barang atau layanan
Rumus NNP = depresi GNP
3. NNI (Net National Income),
yaitu total pendapatan masyarakat setelah
dikurangi pajak tidak langsung. Masyarakat juga wajib membayar pajak
kepada negara untuk membantu mendanai pembangunan fasilitas negara.
Rumus NNI = NNP-Pajak tidak langsung
4. PI (Personal Income),
mengacu pada semua pendapatan yang sebenarnya
diterima oleh sosial setelah pemotongan laba ditahan, premi asuransi,
kontribusi asuransi sosial, pajak pribadi dan mereka juga harus menerima
atau membayar.
Rumus PI = (NNI + pembayaran transfer) –
(keuntungan yang tidak didistribusikan + uang asuransi
+ uang jaminan sosial + pajak pribadi)
5. DI (Disposible Income), merupkan opini yang diterima
orang-orang, siap
digunakan oleh penerimanya. Apapun keputusan yang diambil pemerintah,
opini publik juga harus diterima.[4]
Rumus DI = PI – Pajak langsung
2.3 Metode Perhitungan Pendapatan Nasional
1. Perhitungan Pendapatan Nasional dengan Pendekatan Pengeluaran
Dilakukan dengan menjumlahkan permintaan akhir unit ekonomi,
yaitu:
a) Rumah tangga berupa konsumsi (consumption/C)
b) Perusahaan berupa investasi (investment/I)
c) Pengeluaran pemerintah (government/G)
d) Pengeluaran ekspor dan import (export-import/X-M)
Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan ini Biasa
dituliskan dalam bentuk persamaan sebagai berikut:
a) Y=C+I, untuk perekonomian tertutup tanpa peranan pemerintah.
b) Y=C+I+G, untuk perekonomian tertutup dengan peranan pemerintah
c) Y=C+I+G+X-M, untuk perekonomian
terbuka.
2. Perhitungan Pendapatan Nasional dengan Pendekatan Produksi
Dilakukan dengan menjumlahkan nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi
di suatu wilayah tertentu (satu tahun).
Penggunaan ini dilakukan untuk menghindari terjadinya perhitungan
ganda.
Sebagai contoh kita tidak akan memasukkan seluruh harga sebuah pakaian ke
dalam perhitungan pendapatan nasional dan kemudian juga memasukkan kain,
benang, ataupun kapas sebagai bagian dari perhitungan pendapatan nasional.
Komponen komponen pakaian seperti kain, benang, ataupun kapas merupakan
antara yang tidak dimasukkan dalam komponen perhitungan pendapatan
nasional. Jadi, yang dimasukkan dalam perhitungan pendapatan nasional
hanya barang jadi atau barang siap pakai.
Perhitungan pendapatan Nasional
dengan pendekatan produksi di Indonesia dilakukan dengan menjumlahkan semua
sector industry yang ada yang dikelompokkan kedalam 11 sektor atas
dasar ISIC (International Standartd Industrial Classsification) yang meliputi:
a) Sektor produksi pertanian
b) Sektor produksi pertambangan dan penggalian
c) Sektor industry manufaktur
d) Sektor produksi listrik, gas, dan air minum
e) Sektor produksi bangunan
f) Sektor produksi perdagangan, hotel, dan restoran
g) Sektor produksi transportasi dan komunikasi
h) Sektor produksi bank dan lembaga keuangan lainnya
i) Sektor produksi sewa rumah
j) Sektor produksi pemerintah dan pertahanan
k) Sektor produksi jasa lainnya.
Dalam perkembangan selanjurtnya perhitungan dengan pendekatan
produksi di Indonesia penyajiannya dikelompokkan dalam 9 sektor atau
lapangan usaha, yaitu:
a) Pertanian
b) Pertambangan dan penggalian
c) Industry pengolahan
d) Listri, gas, dan air minum
e) Bangunan
f) Perdagangan, hotel, dan restoran
g) Pengangkutan dan komunikasi
h) Keuangan, persewaan, dan jasa persewaan
i) Jasa-jasa.
3.Perhitungan Pendapatan Nasional dengan Pendekatan Pendapatan
Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pendapatan,
dilakukan dengan jumlah balas jasa yang diterima oleh factor produksi yang
ikut serta dala proses produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu
(satu tahun). Balas jasa factor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji,
sewa tanah, bunga modal dan keuntungan. Semua hitungan tersebut sebelum
dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Di dalam perhitungan
ini tidak termasuk factor pendapatan, termasuk pula komponen penyusutan
dan pajak tidak langsung neto. Jumla semua komponen pendapatan ini
menurut sector disebut sebagai nilai tambah bruto sectoral. Produk domestic
bruto merupakan jumlah dari nilai tambah bruto seluruh sector (lapangan
usaha). Jadi perhitungan pensekatan ini berbeda dengan GNP.[5]
2.4 Hal-hal yang Dapat Diukur dengan Pendekatan
Pendapatan Nasional
Berdasarkan Ekonomi Islam
Satu hal yang membedakan system ekonomi Islam dengan system ekonomi
lainnya adalah penggunaan parameter falah. Falah adalah kesejahteraan yang
hakiki, kesejahteraan yang sebenar-benarnya, di mana komponen-komponen
rohanian masuk ke dalam pengertian falah ini. Al-Falah dalam pengertian Islam
mengacu kepada konsep Islam tentang manusia itu sendiri. Dalam Islam, esensi
manusia ada pada rohaniahnya. Karena itu, seluruh kegiatan duniawi termasuk
dalam aspek ekonomi diarahkan tidak saja untuk memenuhi tuntutan fisik
jasadiyah melainkan juga memenuhi kebutuhan rohani di mana roh merupakan
esensi manusia. Setidaknya ada 4 hal yang semestinya bisa diukur dengan
pendekatan pendapata nasional berdasarkan ekonomi Islam, sehingga tingkat
kesejahteraan bisa dilihat secara lebih jernih dan tidak biasa. 4 hal tersebut
adalah:
1. Pendapatan nasional harus dapat mengukur penyebaran pendapatan
individu rumah Tangga Kendati GNP dikatakan dapat mengukur kinerja kegiatan
ekonomi
yang terjadi di Pasar, GNP tidak dapat menjelaskan komposisi dan
distribusi nyata dari output per kapita. GNP tidak mampu mendeteksi
kegiatan produksi yang tidak ditransisikan di pasar. Itu artinya, kegiatan
produktif keluarga yang langsung dikonsumsi dan tidak memasuki pasar
tidak tercaat di dalam GNP. Padahal kegiatan ini sangat memengaruhi
kesejahteraan individu. Di dalam penghitungan GNP konvensional,
produksi barang-barang mewah memiliki bobot yang sama dengan
produksi barang-barang kebutuhan pokok. Maka untuk lebih mendekatkan
pada ukuran kesejahteraan, ekonomi Islam menyarankan agar produksi
kebutuhan pokok memiliki bobot yang lebih berat disbanding produksi
barang-barang mewah.
2. Pendapatan nasional harus dapat menukur produksi di sector
pedesaan
Sangatlah disadari bahwa tidaklah mudah mengukur secara akurat
produksi komoditas subsisten, namun bagaimana pun juga perlu satu
kesepakaan untuk memasukkan angka produksi komoditas yang dikelola
secara subsiten ke dalam penghitungan GNP. Subsisten ini, khususnya
pangan, sangatlah penting di negara-negara muslim yang baru dalam
beberapa decade ini masuk dalam percaturan perekonomian dunia.
Untuk mengetahui tingkat produksi komoditas subsisten ini, harus
diketahui
terlebih dahulu tingkat harga yang digunakan. Ketidakmampuan
mendeteksi secara akura pendapatan dari sector subsisten ini, jelas satu
kelemahan yang harus segera diatasi, karena di sector inilah bergantung
nafkah rakyat dalam jumlah besar dan di sinilah inti masalah dari
distribusi pendapatan.
3.Pendapatan nasional harus dapat mengukur kesejahteraan
Ekonomi islam adalah sangat penting untuk mengekspresikan
kebutuhan efektif atau kebutuhan dasar akan barang dan jasa sebagai
presentase total konsumsi. Sungguh menarik untuk mengkaji apa yang
dilakukan Prof. William Nordhans dan James Tobin dengan Measure for
Economic Welfare (MEW), dalam konteks ekonomi barat. Kalua GNP
mengukur hasil, maka MEW merupakan ukuran dari konsumsi rumah
tangga yang memberi kontribusi kepada kesejahteraan manusia. Perkiraan
MEW didasarkan kepada asumsi bahwa kesejahteraan rumah tangga
merupakan ujung akhir dari seluruh kegiatan ekonomi sesungguhnya
bergantung pada tingkat konsumsinya. Meski MEW ini diukur dalam
konteks barat, konsep ini sebenarnya menyediakan petunjuk-petunjuk
yang berharga untuk memperkirakan level kebutuhan hidup minimum
secra islami.
4. Penghitungan pendapatan nasional sebagai ukuran dari kesejahteraan
social Kesejahteraan sosial islami melalui pendugaan nilai santunan antar
sodara dan sedekah adalah penting untuk menentukan sifat alami dan tingkatan
dari amal sedekah antar saudara. Melalui peningktan pencatatandan sector
tambahan dan jenis tambahan dari aktifitas ini dapat dikaji untuk pengambilan
keputusan. Dibanding amal sedekah yang sering
dikeluarkan umat islam kepada mereka yang kurang beruntung,
sesungguhnya lebih mudah mengestimasi zakat, satu kewajiban pembayaran transfer
yang paling penting di negara muslim. Kini sedang diupayakan mengukur
pendapatan dari zakat sebagai persentase dari GNP. Pengukuran ini akan sangat
bermanfaat sebagai variable kebijakan di
dalam pengambilan keputusan di bidang sosial dan ekonomi, sebagai bagian dari
rancangan untuk mengentaskan kemiskinan. Pendayagunaan peran zakat untuk
mengatasi masalah kemiskinan di negara-negara muslim kini tengah menjadi agenda
negara-negar tersebut[6]
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
1. Pendapatan nasional menurut Mukti Hakim adalah jumlah dari semua
pendapatan yang diterima oleh orang-orang di suatu negara selama satu
tahun.
2. Konsep Pendapatan Nasional terdiri dari: PNB/GNP (Produk
Nasional
Bruto/Gross National Bruto), NNP (Net National Product), NNI (Net
National Income), PI (Personal Income), dan DI (Disposible Income).
3. Metode perhitungan pendapatan nasional dapat dilakukan melalui
pendekatan penegluaran, produksi, dan pendapatan.
4. ada 4 hal yang semestinya bisa diukur dengan pendekatan
pendapata
nasional berdasarkan ekonomi Islam, sehingga tingkat kesejahteraan bisa
dilihat secara lebih jernih dan tidak biasa.
4 hal tersebut adalah: Pendapatan nasional harus dapat mengukur
penyebaran pendapatan individu rumah tangga, Pendapatan nasional harus dapat
mengukur produksi di sector
pedesaan, Pendapatan nasional harus dapat mengukur kesejahteraan, dan Penghitungan
pendapatan nasional sebagai ukuran dari kesejahteraan sosial.
3.2
Saran
Demi membangun pengetahuan pembaca, kami memberikan saran kepada pembaca
untuk menambah referensi lain mengenai pembahasan “Analisis Pendapatan
Nasional dalam Ekonomi Islam” demi meningkatkan pemahaman pembaca
serta dapat meningkatan literasi bagi para pembaca.
Daftar Pustaka
Adinugraha, H. H., & dkk. (2021). Ekonomi Makro Islam. Pekalongan:
PT. Nasya
Expanding Management.
Andinata, C. P., Adenan, M., & Jumiati, A. (2018). Analisis Pendapatan
Nasional di Negara-negara Anggota (ASEAN). Jurnal Ekonomi Ekuilibrium (JEK),
2(1), 31-44.
Apriliana, E. S. (2020). UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN NASIONAL
DI TENGAH WABAH VIRUS CORONA PERSPEKTIF EKONOMI
ISLAM. AL-IQTISHADIYAH Jurnal Ekonomi Syariah dan Hukum Ekonomi Syariah, 6(1),
19-28.
Faizin, M. (2021). Buku Ajar Ekonomi Makro Islam. Pekalongan: PT. Nasya Expanding
Management.
Huda, N. (2018). Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoretis. Jakarta:
Kencana.
Ulya, H. N. (2021). Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teori Makro Ekonomi
Konvensional dan Islam. Peklaongan: PT. Nasya Expanding Management.
[1] Andinata, C. P., Adenan, M., & Jumiati, A. (2018). Analisis
Pendapatan Nasional di Negaranegara Anggota (ASEAN). Jurnal Ekonomi
Ekuilibrium (JEK), 2(1), 31-44)
[2] Huda, N. (2018). Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoretis. Jakarta:
Kencana
[3] Apriliana, E. S. (2020). UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN NASIONAL DI
TENGAH
WABAH
VIRUS CORONA PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM. AL-IQTISHADIYAH Jurnal
Ekonomi Syariah dan Hukum Ekonomi Syariah, 6(1), 19-28.
[4] Adinugraha, H. H., & dkk. (2021). Ekonomi Makro Islam. Pekalongan:
PT. Nasya Expanding
Management.
[5] Ulya, H. N. (2021). Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teori Makro
Ekonomi Konvensional dan
Islam. Peklaongan: PT. Nasya Expanding Management
[6] Faizin, M. (2021). Buku
Ajar Ekonomi Makro Islam. Pekalongan: PT. Nasya Expanding
Management.
0 Response to "Makalah Ekonomi Islam || PENDAPATAN NASIONAL DALAM ISLAM"
Posting Komentar