Makalah Fiqih || Puasa

 KATA PENGANTAR

 

            Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah Materi puasa. Laporan ini disusun untuk menyelesaikan tugas mata kuliah fiqih. Makalah ini dimaksudkan untuk menjelaskan tentang Hukum dan hikmah berpuasa. Sehubungan dengan dibuatnya makalah ini sehingga penulis dapat memenuhi tugas dan menyelesaikan tugas mata kuliah fiqih.

            Penulis menyadari bahwa laporan ini  masih jauh  dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun bagi pembaca, semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membaca .

 

Bandar Lampung, 01 November 2021

 

                        Penulis

 

 

 

 

 

 

 

 



BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    LATAR BELAKANG

            Puasa merupakan ibadah yang telah lama berkembang dan dilaksanakan oleh manusia sebelum Islam.1 Islam mengajarkan antara lain agar manusia beriman kepada Allah SWT., kepada malaikat-malaikat-Nya, kepada kitab-kitab-Nya, kepada rosul-rosul-Nya, kepada hari akhirat dan kepada qodo qodar-Nya. Islam juga mengajarkan lima kewajiban pokok, yaitu mengucapkan dua kalimat syahadat, sebagai pernyataan kesediaan hati menerima Islam sebagai agama, mendirikan sholat, membayar zakat, mengerjakan puasa dan menunaikan ibadah haji. Saumu (puasa), menurut bahasa Arab adalah “menahan dari segala sesuatu”, seperti menahan makan, minum, nafsu, menahan berbicara yang tidak bermanfaat dan sebagainya. Sedangkan menurut istilah, puasa adalah menahan diri dari sesuatu yang membatalkannya, satu hari lamanya, mulai dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari dengan niat dan beberapa  syarat.

            Menurut Muhammad Asad, puasa adalah the obstinence of speech memaksa diri untuk tidak bercakap-cakap dengan perkataan yang negatif, contohnya seperti memfitnah, berbohong, mencaci maki, berkata-kata porno, mengadu domba dan sebagainya.

            Menurut Hasbi Ash Shiddieqy, puasa bisa menjadikan orang mampu membiasakan diri untuk dapat bersifat dengan salah satu dari sifat Allah swt, sifat tidak makan minum meskipun untuk sementara waktu, sekaligus dapat menyerupakan diri dengan orang-orang yang muroqobah.

            Menurut Yusuf Al Qardawi, puasa sebagai sarana pensucian jiwa dan raga dari segala hal yang memberatkan dalam kehidupan dunia sekaligus bentuk manifestasi rasa ketaatan seseorang dalam melaksanakan perintah allah SWT.

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.” (QS. AL Baqarah: 183).

B.     RUMUSAN MASALAH

1.      Pengertian puasa ?

2.      Hukum dan hikmah puasa?

3.      Syarat dan rukun puasa?

4.      Orang orang yang diperbolehkan puasa  ?

5.      Hal-hal yang membatalkan puasa ?

6.      Macam-macam puasa ?

 

C.    TUJUAN PENULISAN

            Tujuan penulisan ini untuk lebih memahami arti puasa dan untuk memberikan ilmu atau pengetahuan tentang puasa agar bisa belajar hukum dan hikmah puasa, serta memberikan banyak edukasi dan agar paham hukum serta hikmah yang kita dapat dalam berpuasa.

 


BAB II

PEMBAHASAN

 

 

A.    PENGERTIAN PUASA

            Pengertian puasa secara bahasa adalah menahan sedangkan secara istilah berarti menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari Puasa merupakan salah satu ibadah utama umat Islam Puasa merupakan salah satu dari lima rukun Islam Puasa merupakan ibadah mahdhah yang berarti ia memiliki aturan yang jelas tentang pelaksanaannya secara istilah syara puasa berarti menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari semata-mata karena mengharap keridhaan Allah SWT.

            Dalam cakupan luas Puasa dapat diartikan seperti dibawah ini:

Menurut bahasa puasa berarti “menahan diri”. Menurut syara’ ialah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkanya dari mula terbit fajar hingga terbenam matahari, karena perintah Allah semata- mata, serta disertai niat dan syarat-syarat tertentu.

            Sedangkan arti shaum menurut istilah syariat adalah menahan diri

pada siang hari dari hal-hal yang membatalkan puasa, disertai niat oleh pelakunya, sejak terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari. Artinya, puasa adalah penahanan diri dari syahwat perut dan syahwat kemaluan, serta dari segala benda konkret yang memasuki rongga dalam tubuh (seperti obat dan sejenisnya), dalam rentang waktu tertentu yaitu sejak terbitnya fajar kedua (yaitu fajar shadiq) sampai terbenamnya matahari yang dilakukan oleh orang tertentu yang dilakukan orang tertentu yang memenuhi syarat yaitu beragama islam, berakal, dan tidak sedang dalam haid dan nifas, disertai niat yaitu kehendak hati untuk melakukan perbuatan secara pasti tanpa ada kebimbangan, agar ibadah berbeda dari kebiasaan.

            Demi zat yang jiwa Muhammad berada dalam genggamannya sesungguhnya bau tidak sedap orang yang berpuasa menurut Allah lebih wangi menurut Allah pada hari kiamat daripada minyak misik. Orang yang berpuasa memiliki dua kegembiraan:

1. Apabila berbuka dia bergembira dengan berbukanya

2. Apabila bertemu tuhannya ia bergembira dengan puasanya.

 

 

B.     HUKUM DAN HIKMAH BERPUASA

            Puasa Ramadan hukumnya merupakan fardu wajib untuk muslim dewasa namun puasa Ramadan dapat tidak dilakukan jika seseorang mengalami hamil menyusui atau menstruasi setidaknya ada empat hukum puasa yang bisa kita jadikan pegangan dalam sunnah, makruh dan haram

1.      puasa wajib puasa wajib adalah puasa yang diwajibkan dilakukan karena jika dikerjakan akan mendapatkan pahala dan jika tidak dikerjakan mendapatkan dosa dalam Quran surat (al-baqarah:183) mengungkapkan

”Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang yang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (Q.S al-baqarah :183)

2.      puasa Sunnah puasa sunnah merupakan puasa yang jika dilakukan akan mendapatkan pahala dan jika seseorang tidak menjalankannya tidak mendapatkan dosa contohnya puasa senin-kamis yang biasa kita lakukan termasuk dalam puasa sunah

3.      puasa makruh. antaranya mengkhususkan puasa pada Jumat atau Sabtu semua tidak dapat dilakukan kecuali tujuan puasa kita adalah puasa ganti Ramadhan contohnya puasa kifarat dan puasa nadzar

4.      puasa haram puasa yang tidak diboleh kerjakan karena jika dikerjakan akan mendapatkan dosa dan jika tidak dikerjakan akan mendapatkan pahala diantaranya puasa saat Idul Fitri dan Idul Adha

 

C.    HIKMAH BERPUASA

1.      melatih disiplin waktu

2.      keseimbangan dalam hidup

3.      mempererat silahturahmi

4.      ibadah memiliki tujuan

            hikmah puasa secara umum yaitu bisa menaikkan derajat Taqwa seseorang kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW  “Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa “(Quran surat al-baqarah ayat :183)

 

D.    SYARAT DAN RUKUN BERPUASA

1.      Syarat Wajib Puasa

Maksudnya adalah seseorang dikatakan wajib menunaikan puasa apabila:

·         Sedang sehat atau tidak dalam keadaan sakit, serta sedang menetap atau tidak dalam keadaan bersafar. Allah SWT berfirman: “Dan barangsiapa yang dalam keadaan sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.” (QS Al Baqarah: 185).

·         Suci dari haidh dan nifas. Ini berdasarkan hadis dari Mu’adzah yang pernah bertanya pada ‘Aisyah RA tentang hal tersebut. Mu’adzah berkata: “Saya bertanya kepada Aisyah ‘Kenapa gerangan perempuan yang haid mengqadha’ puasa dan tidak mengqadha’ shalat?’ Aisyah menjawab, ‘Apakah kamu dari golongan Haruriyah? ‘ Aku menjawab, ‘Aku bukan Haruriyah, akan tetapi aku hanya bertanya.’ Dia menjawab, ‘Kami dahulu juga mengalami haid, maka kami diperintahkan untuk mengqadha’ puasa dan tidak diperintahkan untuk mengqadha’ shalat’.”

·         Islam. Jumhur ulama berpendapat bahwa orang-orang kafir juga mukhaththab bi furu’isy syar’iyyah (menjadi objek hukum-hukum syar’i dalam masalah furu’). Sehingga mereka juga terkena kewajiban shalat, puasa, dan zakat.

·         Baligh. Ketika orang anak menginjak usia balig, barulah ia terkena beban syariat. Rasulullah SAW bersabda: “Pena (catatan amal) diangkat dari tiga jenis orang: orang yang tidur hingga ia bangun, anak kecil hingga ia balig, dan orang gila hingga ia berakal.” (HR. An-Nasa`i no. 7307, Abu Dawud no. 4403, Ibnu Hibban no. 143).

·         Berakal. Seseorang dikenai beban syariat ketika ia memiliki akal. Orang yang gila, pingsan, koma, tidak dikenai beban syariat hingga kembali akalnya. Dasar dalilnya sama seperti dalil baligh di atas.

·         Mukim (tidak sedang safar). Orang yang sedang dalam perjalanan jauh, tidak ada kewajiban untuk berpuasa. Allah SWT berfirman: “Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.” (QS Al-Baqarah: 184).

·         Mampu berpuasa. Orang yang tidak mampu berpuasa karena ada udzur seperti sakit, atau sudah tua, atau uzur yang lain, maka tidak ada kewajiban berpuasa. Allah SWT berfirman: “Allah tidak membebani manusia kecuali sesuai kemampuannya.” (QS Al-Baqarah: 286).

2.      Syarat Sah Puasa

Ada beberapa syarat sahnya puasa, yaitu:

·         Islam. Ini adalah syarat sah dari semua amalan. Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Allah hanya menerima amalan dari orang-orang yang bertakwa.” (QS Al-Ma`idah: 27).

·         Tamyiz. Anak kecil yang sudah mumayiz jika melakukan ibadah dengan memenuhi syarat dan rukunnya, maka sah ibadahnya. Patokan tamyiz menurut para ulama adalah ketika seorang anak sudah bisa memahami perkataan orang lain secara umum dengan baik. Ini berdasarkan hadis dari ‘Abdullah bin ‘Abbas RA, yakni: “Seorang perempuan mengangkat seorang anak kecil (ke hadapan Nabi SAW), kemudian ia berkata: ‘Apakah anak ini hajinya sah?’ Nabi menjawab: ‘Iya sah, dan engkau mendapatkan pahala’.” (HR Muslim no. 1336).

·         Berakal. Orang yang tertutup akalnya, tidak sah dan tidak teranggap amalannya karena tidak ada niat dari dirinya.

·         Suci dari haid dan nifas. Perempuan yang sedang haid dan nifas tidak sah ibadahnya karena berada dalam kondisi hadas akbar. Dasar hadisnya telah disebutkan di atas.

·         Masuk waktu. Puasa hanya sah jika dikerjakan pada waktunya. Salah satunya ketika bulan Ramadan dan antara terbit fajar shadiq sampai tenggelam matahari. Allah SWT berfirman: “Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur`an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).” (QS Al-Baqarah: 185).

·         Berniat. Niat merupakan syarat sah puasa karena puasa adalah ibadah sedangkan ibadah tidaklah sah kecuali dengan niat sebagaimana ibadah yang lain. Dalil dari hal ini adalah sabda Nabi SAW: “Sesungguhnya setiap amal itu tergantung dari niatnya.” Namun ada yang melafadzkan niat, tapi ada juga yang tidak. Ini tergantung dari pemahaman seseorang.

 

3.      Rukun puasa

·         Niat

Niat puasa biasanya diucapkan pada malam hari. Adapun bacaan niat sebagai berikut,

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin an'adai fardi syahri ramadhani hadzihisanati lillahita'ala

Artinya: "Saya niat berpuasa esok hari untuk menunaikan fardhu di bulan Ramadhan tahun ini, karena Allah Ta'ala.

 

·         Menahan Diri dari hal yang membatalkan puasa.

Batasan puasa dimulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari.

Selain rukun puasa, penting untuk mengetahui syarat wajib dari puasa itu sendiri. Dikutip dari buku Puasa: Syarat Rukun & Yang Membatalkan karangan Saiyid Mahadir, Lc, syarat wajib merupakan hal-hal yang membuat seseorang wajib hukumnya untuk berpuasa.

 

E.     ORANG-ORANG YANG DIPERBOLEHKAN TIDAK BERPUASA

            Golongan orang yang boleh meninggalkan puasa Ramadan terdiri dari orang-orang yang memang tidak kuat dan tidak mampu berpuasa. Berikut ini adalah tentang golongan orang yang boleh meninggalkan puasa Ramadan.

·         Orang yang sakit

Orang sakit yang diizinkan tidak berpuasa adalah orang sakit yang apabila menjalankan puasa, dapat memperparah kondisi penyakitnya tersebut. Walaupun tidak berpuasa, orang tersebut

·         Musafir

Orang yang sedang dalam perjalanan jauh atau musafir juga termasuk golongan orang yang boleh meninggalkan puasa Ramadan. tetap harus membayar puasanya.

·         Orang Lanjut Usia (Lansia)

Orang tua atau lansia yang tidak mampu menjalankan puasa diberi kelonggaran untuk tidak berpuasa. Sebagai gantinya, orang tersebut diwajibkan untuk membayar fidyah, yaitu dengan memberi makan fakir miskin setiap kali orang tersebut tidak berpuasa.

·         Wanita hamil dan Menyusui

golongan orang yang boleh meninggalkan puasa selanjutnya adalah wanita hamil dan wanita menyusui. Apabila ibu yang sedang mengandung dan menyusui tidak mampu berpuasa, Allah SWT meringankan untuk tidak berpuasa dan menggantinya di kemudian hari.

·         Wanita yang sedang Haid

Berbeda dengan golongan orang yang boleh meninggalkan puasa, wanita dalam keadaan haid dan nifas bahkan dilarang untuk berpuasa dan melakukan ibadah lainnya. Wanita yang haid dan nifas dilarang berpuasa selama masa haid dan nifas tersebut. Namun, mereka tetap harus mengganti puasa di kemudian hari.

 

F.     HAL HAL YANG MEMABTALKAN PUASA

1.      Masuknya sesuatu ke dalam lubang tubuh secara sengaja

Yang dimaksud lubang yang berpangkal pada organ dalam adalah mulut, telinga, dan hidung dengan batas awal masing-masing.

2.      Memasukkan benda ke dalam salah satu 'jalan'

Maksud dari 'jalan' pada konteks ini adalah kemaluan dan dubur. Jika benda yang masuk ke dalam salah satu lubang itu, maka akan membatalkan puasa, seperti memasukkan obat ambeien ke dalam dubur.

3.      Muntah secara disengaja

Dalam hal ini, muntah secara disengaja bisa dimaknai seperti memasukkan sesuatu ke dalam tenggorokan hingga muntah. Jika tidak disengaja, maka puasa tetap sah.

4.      Berhubungan badan secara sengaja

Berhubungan badan pada siang hari pada bulan Ramadhan akan membatalkan puasa. Selain berkewajiban mengganti puasa, ada juga denda atau kafarat yang harus dibayarkan. Denda tersebut berupa memerdekakan hamba sahaya perempuan yang beriman. Jika tak mampu maka diperbolehkan mengganti dengan puasa selama dua bulan secara berturut-turut. Jika masih tak mampu, maka harus memberi makan kepada 60 orang miskin, masing-masing sebanyak satu mud atau sekitar sepertiga liter.

5.      Keluar mani (sperma)

Dalam konteks ini, keluar mani yang dimaksud adalah akibat dari persentuhan kulit, misal bersentuhan dengan lawan jenis dan onani. Namun, apabila keluar mani karena ihtilam atau mimpi basah, maka puasa tetap sah.

6.      Haid atau menstruasi

Haid atau menstruasi merupakan darah yang keluar akibat kerja hormonal dalam tubuh wanita. Jika seorang telah menjalani puasa selama dan keluar darah haid, maka puasanya tidak sah.

7.      Nifas

Nifas adalah darah yang keluar setelah proses melahirkan. Umumnya, darah nifas keluar selama 40 hari setelah melahirkan.

8.      Gila (junun)

Jika kondisi itu terjadi ketika sedang menjalani puasa, maka puasa dinyatakan tidak sah atau batal.

9.      Murtad

Murtad adalah keluar dari Islam. Apabila seseorang murtad ketika menjalani puasa, maka puasanya secara otomatis batal.

 

G.    MACAM MACAM PUASA

1.      Puasa Ramadan

Inilah macam-macam puasa wajib yang pertama, puasa Ramadan merupakan jenis puasa paling umum karena merupakan puasa wajib selama sebulan penuh pada bulan Ramadan bagi setiap umat Islam yang sudah baligh. Kewajiban melaksanakan ibadah puasa pada bulan Ramadan terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-baqarah ayat 183.

2.      Puasa nazar

Macam-macam puasa wajib yang kedua adalah puasa nazar yaitu puasa karena sebuah janji. Nazar sendiri secara bahasa berarti janji, sehingga puasa yang dinazarkan memiliki hukum wajib.

3.      Puasa Denda atau Kifarat

Macam-macam puasa wajib yang terakhir adalah puasa denda, yakni puasa yang dilakukan untuk menggantikan dam atau denda atas pelanggaran berhukum wajib contohnya tidak melaksanakan puasa. Puasa ini bertujuan untuk menghapus dosa yang telah dilakukan.

4.      Puasa Syawal

Jenis puasa pertama dari puasa sunnah adalah puasa Syawal. Syawal sendiri adalah nama bulan setelah bulan Ramadhan. Puasa Syawal adalah berpuasa selama enam hari di bulan Syawal. Puasa ini bisa dilakukan secara berurutan dimulai dari hari kedua syawal ataupun bisa dilakukan secara tidak berurutan.  

5.      Puasa Arafah

Puasa arafah adalah jenis puasa sunnah yang sangat dianjurkan bagi umat Islam yang tidak sedang berhaji. Sedangkan bagi umat Islam yang sedang berhaji, tidak ada keutamaan untuk puasa pada hari arafah atau tanggal 9 Dzulhijjah.

6.      Puasa Tarwiyah

Puasa Tarwiyah adalah puasa yang dilaksanakan pada hari tarwiyah yakni tanggal 8 Dzulhijjah. Istilah tarwiyah sendiri berasal dari kata tarawwa yang berarti membawa bekal air. Hal tersebut karena pada hari itu, para jamaah haji membawa banyak bekal air zam-zam untuk persiapan arafah dan menuju Mina.

7.      Puasa Senin dan Kamis

Jenis puasa satu ini juga merupakan puasa sunnah terpopuler. Puasa senin kamis berawal ketika Nabi Muhammad SAW memerintah umatnya untuk senantiasa berpuasa di hari Senin dan Kamis. Karena hari Senin merupakan hari kelahiran beliau sedangkan hari Kamis adalah hari pertama kali Alquran diturunkan.

8.      Puasa Daud

Jenis puasa ini merupakan puasa unik karena pasalnya puasa Daud adalah puasa yang dilakukan secara selang-seling (sehari puasa, sehari tidak). Puasa Daud bertujuan untuk meneladani puasanya Nabi Daud As. Puasa jenis ini juga ternyata sangat disukai Allah SWT.

9.      Puasa ‘Asyura

Bulan Muharram adalah bulan yang disunnahkan untuk memperbanyak puasa, boleh di awal bulan, pertengahan, ataupun di akhir. Namun, puasa paling utama adalah pada hari Asyura yakni tanggal sepuluh pada bulan Muharram. Puasa ini dikenal dengan istilah Yaumu Asyura yang artinya hari pada tanggal kesepuluh bulan Muharram.

10.  Puasa Ayyamul Bidh

Umat Islam disunnahkan berpuasa minimal tiga kali dalam sebulan. Namun puasa lebih utama dilakukan pada ayyamul bidh, yaitu pada hari ke-13, 14, dan 15 dalam bulan Hijriyah atau bulan pada kalender Islam. Ayyamul bidh sendiri mempunyai arti hari putih karena pada malam-malam tersebut bulan purnama bersinar dengan sinar rembulannya yang putih.

11.  Puasa Sya’ban (Nisfu Sya’ban)

Tidak hanya bulan Ramadhan yang mempunyai keistimewaan, bulan Sya’ban juga memiliki keistimewaan tersendiri. Pada bulan Sya’ban dianjurkan agar umat Islam mencari pahala sebanyak-banyaknya.

12.  Puasa Muharram

Puasa Muharram dilakukan di bulan Muharram atau saat tahun baru Hijriah dan hukumnya sunah. Puasa Muharram biasa dilakukan pada tanggal 10 atau yang dikenal juga dengan nama Puasa Asyuara. Puasa Muharram memiliki keutamaan yang istimewa. Yakni, merupakan sebaik-baiknya puasa sunah, dapat menghapus dosa setahun yang lalu dan mendapatkan pahala dari Allah SWT.

13.  Puasa Awal Dzulhijjah

Puasa di awal bulan Dzulhijjah adalah puasa sunah. Biasanya puasa sunah ini dilakukan pada tanggal 1-7 Dzulhijjah setiap tahunnya. Atau ada pula yang mengerjakannya hingga sepuluh hari berturut-turut. Berpuasa di sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah dianjurkan karena memiliki banyak keutamaan. Keutamaan berpuasa di awal bulan Dzulhijjah adalah mendapatkan pahala berlimpah dari Allah SWT, dicintai Allah SWT dan dijauhkan dari siksa api neraka selama tujuh puluh tahun

 


BAB III

PENUTUP

 

A.    KESIMPULAN

            Puasa adalah salah satu rukun Islam maka dari itu wajiblah bagi kita untuk melaksanakan puasa dengan ikhlas tanpa paksaan dan mengharapkan imbalan dari orang lain puasa ini hukumnya wajib bagi seluruh umat Islam sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kita berpuasalah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh Allah Allah telah memberikan kita banyak kemudahan untuk mengerjakan Ibadah Puasa ini kita sendiri akan merasakan betapa indahnya berpuasa dan berupa banyak hadiah serta manfaat yang kita dapatkan dari berpuasa maka dari itu janganlah sesekali meninggalkan puasa puasa mempunyai banyak akan nilai ibadah.

 

B.    SARAN

            Sebaiknya sebagai umat islam yang baik kita senantiasa harus mengikuti perintah allah swt dan  menghidupkan sunah rasul dan dilakukan sesuai yang dicontohkan rasul serta ketentuan-ketentuan allah swt.

 


DAFTAR PUSTAKA

 

https://news.detik.com/berita/d-5550072/rukun-puasa-ramadhan-beserta-syarat-wajib-yang-harus-dipenuhi

https://www.alinea.id/gaya-hidup/4-hukum-puasa-yang-bisa-dijadikan-pegangan-b2c1292OD

https://www.99.co/blog/indonesia/hikmah-puasa-ramadhan/ - :~:text=Hikmah%20puasa%20secara%20umum%20yaitu,Allah%20Swt.%20dan%20Rasulullah%20Saw.&text=Ayat%20ini%20menunjukkan%20bahwa%20salah,dan%20menjauhi%20setiap%20larangan%2DNya

https://www.orami.co.id/magazine/rukun-puasa/

https://news.detik.com/berita/d-5550072/rukun-puasa-ramadhan-beserta-syarat-wajib-yang-harus-dipenuhi

https://m.liputan6.com/ramadan/read/4536909/5-golongan-orang-yang-boleh-meninggalkan-puasa-ramadan-beserta-dalilnya

https://www.kompas.com/tren/read/2021/04/18/030500765/benarkah-marah-dan-bertengkar-dapat-membatalkan-puasa-

https://m.liputan6.com/hot/read/4553617/13-macam-macam-puasa-dalam-ajaran-islam-dari-puasa-wajib-hingga-puasa-sunnah

 

 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Makalah Fiqih || Puasa"

Posting Komentar